Selasa, 26 November 2013

A Historical Lie: The Stone Age


Kata Pengantar

Tahukah anda bahwa 700,000 tahun yang lalu orang-orang berlayar mengarungi samudera menggunakan kapal yang dibangun dengan baik?

Atau pernahkah anda mendengar bahwa orang-orang yang digambarkan sebagai "manusia primitif penghuni gua" memiliki kemampuan dan pemahaman seni yang sama majunya dengan para seniman modern?

Tahukah anda bahwa orang Neanderthal, yang hidup 80,000 tahun yang lalu dan yang digambarkan oleh para pendukung teori evolusi sebagai "Manusia Kera," membuat alat-alat musik, menyenangi busana dan aksesoris, dan berjalan di permukaan pasir yang panasnya menyakitkan dengan mengenakan sandal cetakan?

Kemungkinan anda belum pernah mendengar satupun dari fakta-fakta ini. Sebaliknya, kesan yang salah telah disampaikan kepada anda bahwa orang-orang ini setengah kera setengah manusia, tidak mampu berdiri tegak, tidak memiliki kemampuan untuk mengucapkan kata-kata dan hanya menghasilkan suara-suara aneh. Ini disebabkan seluruh dusta ini telah ditanamkan kepada orang-orang selama 150 tahun terakhir.

Tujuan di balik itu semua adalah untuk mempertahankan filsafat materialisme yang menyangkal keberadaan Sang Pencipta. Menurut pandangan materialisme yang memutarbalikkan fakta-fakta yang menghalanginya, alam semesta dan materi adalah kekal. Dengan kata lain mereka memiliki awal. Oleh karena itu tidak memiliki pencipta. Dasar bagi keyakinan takhayul ini adalah teori evolusi.

Karena kaum materialis menyatakan bahwa alam semesta tidak memiliki pencipta, mereka harus menyediakan penjelasan sendiri tentang bagaimana kehidupan dan berbagai macam spesies di bumi muncul. Teori evolusi adalah skenario yang digunakan untuk tujuan tersebut. Menurut teori ini, semua tatanan dan kehidupan di alam semesta muncul secara spontan dan secara kebetulan. Zat-zat mati tertentu di dunia purba bergabung secara kebetulan sehingga muncul sel hidup pertama.  Sebagai hasil dari jutaan tahun peristiwa kebetulan tersebut, berbagai makhluk hidup muncul dan pada akhirnya muncul manusia sebagai tahap akhir dari rantai evolusi ini.

Sejarah awal umat manusia, yang diduga muncul sebagai hasil jutaan peristiwa mutasi secara kebetulan, telah diubah agar sesuai dengan skenario ini. Menurut penjelasan dari kaum evolusionis, yang tanpa bukti, sejarah umat manusia adalah sebagai berikut: dengan cara yang sama bahwa bentuk-bentuk kehidupan berkembang dari sebuah organisme primitif menjadi manusia, yang paling berkembang dari semuanya, sejarah umat manusia harus berkembang dari masyarakat paling primitif menjadi masyarakat perkotaan paling maju. Namun gagasan ini sama sekali tanpa bukti yang mendukung. Gagasan tersebut juga mengindikasikan sejarah umat manusia yang disiapkan sesuai dengan pernyataan-pernyataan filsafat materialis dan teori evolusi.

Para ilmuwan evolusionis, dalam rangka menjelaskan proses keliru evolusi yang dinyatakan berkembang dari sebuah sel tunggal menjadi organisme bersel banyak, kemudian dari kera menjadi manusia, menulis ulang sejarah umat manusia. Untuk itu mereka telah mengada-adakan zaman-zaman khayalan serperti misalnya "Zaman Manusia Gua" dan Zaman Batu" untuk menggambarkan gaya hidup "Manusia Purba." Kaum evolusionis, menyokong dusta bahwa manusia dan kera merupakan keturunan dari nenek moyang yang sama telah memulai penelitian baru dalam rangka membuktikan pernyataan-penyataaan mereka. Kini mereka menafsirkan setiap batu, atau mata panah atau mangkuk yang ditemukan selama penggalian arkeologis dari sudut pandang tersebut. Namun tetap saja  gambar-gambar dan berbagai diorama makhluk-makhluk setengah kera setengah manusia yang duduk di dalam gua yang gelap, berpakaian bulu binatang dan tidak mampu  berbicara semuanya tidak benar. Manusia purba tidak pernah ada, dan tidak pernah ada Zaman Batu, mereka tidak lebih dari skenario menyesatkan yang dihasilkan oleh kaum evolusionis dengan bantuan media.

Gagasan-gagasan ini adalah penipuan sebab berbagai kemajuan baru-baru ini di bidang ilmu pengetahuan, khususnya di bidang biologi, paleontologi, biologi mikro dan genetika, telah sepenuhnya menghancurkan pernyataaan-pernyataan evolusi. Gagasan bahwa spesies berkembang dan bertransformasi menjadi bentuk sesudahnya telah dianggap tidak sah.

Begitu pula manusia, mereka tidak berkembang dari makhluk-makhluk mirip kera. Sejak semula manusia tetap manusia dan telah memiliki kebudayaan yang maju. Oleh karena itu, "evolusi sejarah" tidak pernah terjadi.

Buku ini mengungkapkan bukti-bukti ilmiah bahwa gagasan "evolusi sejarah manusia" adalah dusta, dan buku ini akan menunjukkan bagaimana fakta penciptaan sekarang didukung oleh temuan-temuan ilmiah terkini. Umat manusia muncul bukan melalui proses evolusi, namun melalui penciptaan yang sempurna oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Di halaman-halaman berikut ini, anda dapat membaca sendiri bukti-bukti ilmiah dan historis tersebut.


Pendahuluan

Sudut pandang historis kaum evolusionis mempelajari sejarah umat manusia dengan membaginya ke dalam beberapa periode, seperti halnya rangkaian peristiwa evolusi manusia, gagasan tidak benar semacam Zaman Batu, Zaman Perunggu, dan Zaman Besi merupakan bagian yang penting dari kronologi kaum evolusionis. Karena gambaran khayalan ini disajikan di sekolah-sekolah, televisi, dan surat kabar, sebagian besar orang menerima gambaran khayalan ini tanpa pertanyaan dan membayangkan manusia pada suatu waktu hidup di era di mana hanya alat-alat batu primitif yang digunakan dan teknologi belum dikenal.

Namun ketika temuan-temuan arkeologis dan fakta-fakta ilmiah diselidiki, sebuah gambaran yang sangat berbeda muncul. Berbagai petunjuk dan peninggalan yang ada hingga saat ini, alat-alat, jarum, sisa-sisa seruling, menunjukkan bahwa umat manusia selalu menjalani kehidupan yang beradab di seluruh periode sejarah.

Ratusan ribu tahun yang lalu, orang-orang tinggal di rumah, bertani, melakukan pertukaran barang, memproduksi kain, mengunjungi sanak keluarga, menggemari musik, membuat lukisan, singkatnya menjalani kehidupan normal layaknya mereka saat ini. Orang-orang yang mendengarkan para nabi yang diutus oleh Tuhan beriman kepada-Nya, Tuhan yang Maha Esa, sementara yang lainnya menyembah berhala. Orang-orang yang beriman kepada Tuhan berpegang kepada nilai-nilai moral dari-Nya, sementara yang lainnya terlibat dalam praktek-praktek takhayul dan ritus-ritus menyimpang. Setiap saat dalam sejarah, terdapat orang-orang yang mengimani keberadaan Tuhan, dan terdapat pula kaum pagan dan ateis.

Tentu saja, sepanjang sejarah, selalu ada orang-orang yang hidup dalam kondisi yang lebih sederhana dan primitif, dan terdapat pula masyarakat yang menjalani hidup yang beradab. Namun hal ini bukat berarti bahwa mereka yang membuat pesawat luar angkasa maju dari segi mental dan fisik, dan telah menjalani proses evolusi lebih jauh dan memiliki kebudayaan yang lebih berkembang. Hal tersebut hanya menunjukkan adanya perbedaan dalam berbagai kebudayaan dan peradaban.


Kaum Evolusionis Tidak Dapat Menjelaskan Temuan-Temuan Arkeologis

Ketika mencermati sebuah penjelasan kaum evolusionis mengenai sejarah umat manusia, kita akan mendapati gambaran yang terperinci tentang kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh apa yang secara keliru digambarkan sebagai nenek moyang purba manusia. Siapapun yang terkesan dengan gaya penuturannya yang penuh keyakinan, namun tanpa pengetahuan yang memadai atas subyek yang dijelaskan, bisa jadi mengira seluruh "rekonstruksi artistik" ini didasari atas bukti ilmiah. Para ilmuwan evolusionis memberikan gambaran yang terperinci seakan-akan mereka telah hadir ribuan tahun yang lampau dan berkesempatan melakukan penelitian. Mereka mengatakan bahwa apa yang secara keliru dianggap sebagai nenek moyang manusia, yang telah belajar untuk berdiri di atas dua kaki dan tidak ada lagi yang harus dilakukan dengan kedua tangan mereka, mulai membuat alat-alat dari batu dan untuk periode waktu yang sangat lama tidak menggunakan peralatan lain selain yang terbuat dari batu dan kayu. Hanya belakangan mereka mulai menggunakan besi, tembaga, dan kuningan. Akan tetapi penjelasan-penjelasan ini berdasarkan penafsiran keliru atas berbagai temuan dalam kacamata kaum evolusionis yang gagasannya dibangun sebelum pengetahuan atau bukti tersedia sepenuhnya, bukan berdasarkan bukti ilmiah.

Dalam bukunya Arkeologi: Sebuah Pengantar Singkat, arkeolog Paul Bahn mengatakan bahwa skenario evolusi manusia tidak lain merupakan sebuah dongeng. Ia kemudian mengundang para pembaca untuk meninjau ciri khas tradisional dari apa yang dinamakan evolusi manusia: memasak dan api unggun, gua-gua gelap, ritus, membuat alat, penuaan, perjuangan dan kematian. Berapa banyak dari rekaan tersebut, ia bertanya-tanya, yang berdasarkan bukti tulang-belulang dan sisa peninggalan otentik, dan berapa banyak yang berdasarkan kriteria literatur?

Bahn enggan untuk secara terbuka menjawab pernyataan yang dia miliki: yaitu, bahwa apa yang diduga sebagai peristiwa evolusi manusia tidak didasari pada bukti ilmiah, melainkan pada kriteria literatur.

Faktanya, terdapat banyak pertanyaan yang tidak terjawab dan inkonsistensi logis dari penjelasan kaum evolusionis, yang akan gagal ditemukan oleh seseorang yang berpikir dalam dogma kaum evolusionis. Sebagai contoh, Kaum evolusionis mengacu kepada Zaman Batu, namun kebingungan dalam menjelaskan bagaimana peralatan atau sisa peninggalan dari periode Zaman Batu dapat diukir dan dibentuk. 

Akan tetapi membentuk dan mengukir batu bukanlah tugas yang mudah. tidak mungkin menghasilkan peralatan tajam yang bentuknya rapi, seperti pada sisa peninggalan yang telah sampai kepada kita saat ini, dengan cara menggores sebuah batu dengan batu lainnya. Batu-batu semacam granit dan basal dapat dibentuk tanpa membuatnya hancur berkeping-keping hanya dengan menggunakan kikir baja, bubut, dan ketam. Sama jelasnya dengan gelang, anting dan kalung yang berumur puluhan ribu tahun tidak mungkin dibuat menggunakan peralatan dari batu. lubang-lubang kecil pada benda-benda tersebut tidak dibuat dengan batu. Dekorasi pada benda-benda tersebut tidak bisa dihasilkan dengan cara menggores. Kesempurnaan dalam benda-benda tersebut menunjukkan bahwa peralatan lain yang terbuat dari logam keras pasti telah digunakan. 

Banyak arkeolog dan ilmuwan yang telah menjalankan uji coba untuk melihat apakah artefak-artefak kuno dapat dibuat di bawah kondisi-kondisi hasil terkaan kaum evolusionis. Sebagai contoh, Profesor Klaus Schmidt melakukan sebuah percobaan pada ukiran-ukiran di atas permukaan balok-balok batu Göbekli Tepe di Turki, yang diperkirakan berumur 11,000 tahun. Ia memberikan para pekerja peralatan dari batu, sejenis yang dinyatakan oleh kaum  evolusionis digunakan pada masa itu, dan meminta para pekerja untuk menghasilkan ukiran-ukiran di atas permukaan-permukaan batu yang serupa dengan yang terdapat di Göbekli Tepe. Setelah dua jam bekerja tanpa henti, semua yang berhasil dihasilkan para pekerja tersebut adalah garis-garis samar.

Anda juga dapat melakukan sendiri uji coba tersebut. Ambil sepotong batu seperti misalnya batu granit dan cobalah untuk mengubahnya menjadi sebuah kepala tombak sejenis yang digunakan oleh orang-orang yang hidup 100,000 tahun yang lalu. Namun anda tidak diperkenankan untuk menggunakan benda lainnya selain sepotong batu granit tersebut dan sebuah batu. Seberapa suksesnyakah diri anda yang berani anda bayangkan? dapatkah anda menghasilkan kepala tombak yang sama seperti yang ditemukan dalam lapisan batuan endapan zaman lampau? lebih jauh, ambil batu granit berukuran satu meter persegi dan cobalah mengukir gambar seekor binatang tiga dimensi di atas permukaan batu tersebut. Hasil semacam apa yang bisa anda hasilkan dengan menggesek batu granit tersebut menggunakan septong batu lainnya? sudah jelas, tanpa adanya alat-alat yang terbuat dari baja dan besi anda tidak bisa membuat kepala tombak sederhana ataupun ukiran batu yang mengesankan.


Memotong batu dan mengukir batu adalah bidang keahlian tersendiri. Teknologi yang dibutuhkan adalah penting untuk membuat kikir, ketam, dan perkakas lainnya. Ini menunjukkan bahwa di masa ketika benda-benda ini dibuat, teknologi "primitif" sudah maju. Dengan kata lainnya, pernyataan kaum evolusionis bahwa hanya alat-alat sederhana dari batu yang dikenal, bahwa belum ada teknoloi di zaman batu, adalah mitos. Zaman "Hanya Batu" tidak pernah ada.
Akan tetapi, masuk akal bahwa pelatan dari baja dan besi yang digunakan dalam memotong dan membentuk batu tidak sampai hari ini. Dalam lingkungan yang secara alami lembab dan asam, semua jenis peralatan dari logam akan mengalami oksidasi yang berujung kepada korosi atau perkaratan, dan pada akhirnya lenyap. Yang tersisa adalah potongan-potongan atau bagian-bagian dari batu yang dikerjakan, yang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk lenyap. Namun untuk mengkaji peninggalan dari batu ini dan mengusulkan bahwa orang-orang pada masa itu hanya menggunakan batu bukanlah pemikiran yang ilmiah.Banyak kaum evolusionis yang sekarang mengakui bahwa temuan-temuan arkeologis tidak mendukung Darwinisme sama sekali. Richard Leakey, seorang arkeolog evolusionis, mengakui bahwa adalah mustahil untuk menjawab temuan-temuan arkeologis, khusunya alat-alat yang terbuat dari batu, dipandang dari segi teori evolusi:

Faktanya, bukti nyata atas kekurangan hipotesa Darwin ditemukan dalam catatan arkeologis. Jika teori Darwin benar, kita berharap dapat melihat kemunculan secara serempak dalam catatan fosil dan arkeologis dari bukti-bukti bipedalitas ,teknologi, dan ukuran otak yang meningkat. Kita tidak melihatnya. Hanya satu aspek dalam catatan prasejarah yang cukup untuk menunjukkan  bahwa hipotesa Darwin salah: Catatan mengenai alat-alat dari batu.1.



1. Richard Leakey, The Origin of Humankind (Science Masters Series), New York: BasicBooks, 1994, S. 12.


Kronologi Palsu Kaum Evolusionis


Dalam mengelompokkan sejaraha, kaum evolusionis menafsirkan benda-benda yang mereka temukan sesuai dengan teori-teori dogmatis mereka sendiri. Periode di mana artifak-artifak dari perunggu diproduksi disebut dengan Zaman Perunggu, dan mengusulkan bahwa besi mulai digunakan belakangan, berdasarkan pernyataan mereka bahwa di sebagian besar Peradaban Kuno, logam belum dikenal.


Akan tetapi, Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, besi, baja dan banyak logam lainnya beroksidasi dan rusak lebih cepat dibandingkan batu. Beberapa logam seperti misalnya perunggu, yang tidak mudah beroksidari, dapat bertahan lebih lama dibanding lainnya. Oleh karena itu adalah wajar bahwa benda-benda hasil penggalian yang terbuat dari Perunggu seharusnya lebih tua dan yang terbuat dari besi berasal dari masa yang belakangan.


Lagi pula, tidak masuk akal untuk mempertahankan pandangan bahwa masyarakat yang dapat menghasilkan perunggu tidak mengenal besi, bahwa suatu masyarakat dengan pengetahuan khusus untuk menghasilkan perunggu tidak menggunakan logam lainnya.


Perunggu dihasilkan dengan cara menambahkan timah, arsenik dan antimon, dengan sejumlah kecil seng, ke tembaga. Siapapun yang membuat perunggu harus memiliki pengetahuan tentang unsur-unsur kimia semacam tembaga, timah, arsenik, seng dan antimon, mengetahui pada suhu berapa unsur-unsur kimia tersebut dicairkan, dan memiliki sebuah tempat pembakaran  untuk mencairkan dan menyatukan unsur-unsur tersebut. Tanpa pengetahuan ini, akan sangat sulit menghasilkan sebuah campuran yang benar.


Untuk permulaan, bijih tembaga ditemukan dalam bebatuan tua yang keras dalam bentuk bubuk atau kristal. Suatu masyarakat yang menggunakan tembaga pertama-tama harus memilik suatu tingakat pengetahuan untuk mengenalinya dalam bentuk bubuk di bebatuan tersebut. Masyarakat tersebut kemudian harus mendirikan sebuah tambang untuk menggali tersebut, melepasnya dan membawanya ke permukaan. Jelas bahwa hal-hal ini tidak bisa dikerjakan menggunakan alat-alat dari batu dan kayu.


Bijih tembaga harus dimasukkan ke api yang sangat panas untuk mencair. Suhu yang dibutuhkan untuk mencairkan dan memurnikan tembaga adalah 1084.5 oC. Dibutuhkan juga semacam alat ubub untuk memastikan aliran udara yang terus-menerus ke api. Masyarakat yang bekerja menggunakan tembaga harus menciptakan tempat pembakaran yang dapat menghasilkan suhu panas yang tinggi dan membuat peralatan semacam krus dan penjepit untuk digunakan dengan tungku.


Ini adalah ringkasan singkat mengenai infrastruktur teknis yang dibutuhkan untuk mengolah tembaga, logam yang halus dan lunak. Memproduksi perunggu yang lebih keras dengan menambahkan timah, seng dan unsur lainnya pada tembaga adalah pekerjaan yang tak kalah canggihnya, karena setiam logam memerlukan proses yang berbeda. Semua fakta ini menunjukkan bahwa masyarakat yang melakukan kegiatan pertambangan, menghasilkan logam campuran dan mengolah logam seharusnay semestinya memiliki pengetahuan yang terperinci. Tidak logis dan tidak sesuai untuk menyatakan bahwa orang-orang dengan pengetahuan yang luas tidak memeiliki pengetahuan tentang logam besi.

Sebaliknya, temuan-temuan arkeologis menunjukkan bahwa pernyataan kaum evolusionis bahwa logam belum dikenal dan tidak digunakan oleh masyarakat kuno tidak benar. Buktinya mencakup temuan-temuan sebagai berikut:



Akan tetapi, sebagian besar dari penemuan ini, setelah muncul di banyak media cetak ilmiah, telah diabaikan oleh kaum evolusionis atau tersembunyi jauh dari pengetahuan para pengunjung museum. Dongeng fantastis kaum evolusionis ditampilkan sebagai sejarah umat manusia menggantikan fakta yang ada.


Para Penganut Agama  Telah Menjalani Kehidupan Beradab Sepanjang Sejarah

Sepanjang sejarah, Tuhan telah mengutus para rasul untuk mengajak manusia ke jalan yang benar. ada yang menaati para rasul ini dan beriman kepada keberadaan dan keesaan Tuhan, dan ada juga yang bertahan dalam penyangkalan. Sejak manusia pertama kali muncul mereka telah memahami iman kepada Tuhan yang Maha Esa, dan nilai-nilai moral dari agama yang benar, melalui wahyu-wahyu Tuhan. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataaan kaum evolusionis bahwa masyarakat paling awal tidak meyakini Tuhan yang Maha Esa tidak benar.

Alqur'an mengungkapkan bahwa dalam semua periode sejarah, Tuhan telah mengutus para rasul untuk mengajak orang-orang beriman dan hidup berdasarkan nilai moral agama: 

Pada mulanya manusia itu ialah umat yang satu (menurut agama Allah yang satu, tetapi setelah mereka berselisihan), maka Allah mengutuskan Nabi-nabi sebagai pemberi khabar gembira (kepada orang-orang yang beriman dengan balasan syurga), dan pemberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar dengan balasan azab neraka) dan Allah menurunkan bersama Nabi-nabi itu kitab-kitab suci yang (mengandungi keterangan-keterangan yang) benar, untuk menjalankan hukum di antara manusia mengenai apa yang mereka perselisihkan. Dan (sebenarnya) tidak ada yang melakukan perselisihan melainkan orang-orang yang telah diberi kepada mereka kitab-kitab suci itu, iaitu sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas nyata, - mereka berselisih semata-mata kerana hasad dengki sesama sendiri. Maka Allah memberikan pertunjuk kepada orang-orang y ang beriman ke arah kebenaran yang diperselisihkan oleh mereka (yang derhaka itu), dengan izinNya. Dan Allah sentiasa memberi pertunjuk hidayahNya kepada sesiapa yang di kehendakiNya ke jalan yang betul-lurus (menurut undang-undang peraturanNya).
 (Al-Baqarah:213)

. . . Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.
(Al-Fatir:24)


 Meskipun Tuhan telah mengutus para rasul dan kitab suci, ada orang-orang yang terperangkap dalam kesalahpahaman, berpaling dari nilai-nilai kebajikan agama yang benar dan mengambil keyakinan takhyul. Sebagian orang telah mengembangkan keyakinan pagan dan jatuh kedalam perbuatan tidak wajar dengan menyembah bumi, batu, kayu, bulan atau matahari, dan bahkan apa yang secara keliru disebut roh jahat. Bahkan hari ini, bersama dengan para penganut agama yang benar, terdapat orang-orang yang menyembah api, bulan, matahari atau berhala yang terbuat dari kayu. Beberapa orang menyekutukan Tuhan kita, meskipun mereka mengetahui keberadaan dan Keesaan-Nya. Namun Tuhan masih mengutus rasul untuk orang-orang tersebut, mengungkapka kekeliruan mereka dan mengajak mereka untuk meninggalkan keinginan takhyul mereka dan hidup menurut agama yang benar. Dan sepanjang sejarah, terdapat para penganut agama dan orang-orang kafir, mereka yang memiliki iman sejati dan mereka yang telah menyimpang ke jalan yang sesat.

Sepanjang sejarah, para penganut agama yang hidup bersama dengan para nabi menikmati hidup di bawah kondisi yang beradab. Mereka hidup di dalam sebuah tatanan sosial yang maju di masa nabi Nuh, Ibrahim, Yusuf, musa dan Sulaiman, seperti yang mereka lakukan saat ini. Di setiap masa, para penganut agama berdoa, berpuasa, mengindahkan batas-batas yang telah diatur oleh Tuhan, dan menjalani hidup yang bersih dan  sah.

Tingkat kemajuan teknologi yang tinggi di bidang arsitektur, kesenian dan komunikasi pada masa Nabi Sulaiman dimanfaatkan dengan bijaksana. Kekayaan dan  keagungan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada Nabi Sulaiman sebagai karunia menimbulkan rasa kagum hingga ke generasi setelahnya.

Kita harus ingat bahwa informasi dan sarana yang dimiliki oleh orang-orang yang hidup ratusan ribu tahun yang lalu, dan yang dimiliki oleh orang-orang yang hidup di masa kini, merupakan karunia dari Tuhan, Orang-orang yang membangun peradaban ratusan ribu tahun yang lampau, yang menciptakan lukisan yang indah di dinding gua puluhan ribu tahun yang lalu, yang membangun piramida dan ziggurat, yang mendirikan monument batu besar dan yang membangun struktur hebat di tingkat yang tinggi di Peru melakukannya lewat ajaran dan wahyu Tuhan. Orang-orang yang mempelajari partikel sub-atom pada hari ini, yang mengirim pesawat terbang ke angkasa dan yang menciptakan perangkat lunak komputer melakukannya karena kehendak dari Tuhan. Semua informasi yang telah dimiliki manusia sejak mereka pertama kali diciptakan merupakan karunia dari Tuhan, dan tiap-tiap peradaban yang mereka bangun merupakan karya Tuhan.

Tuhan menciptakan manusia dan memberinya berbagai macam  ujian dan karunia sepanjang hidup manusia di dunia. Setiap karunia yang dibrikan juga merupakan sebuah cobaan. Orang-orang yang mengetahui bahwa  peradaban, teknologi, dan sarana yang mereka miliki sebenarnya merupakan karunia dari tuhan bersyukur kepada-Nya, dan Tuhan meningkatkan karunianya atas orang-orang tersebut:

 Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukut, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jia kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
(Ibrahim:7) 

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. 
(Al-Nahl:97)

Sebagai wujud dari ayat di atas, umat Muslim sepanjang sejarah telah memiliki sarana terbaik pada masanya, dan menjalani kehidupan yang menyenangkan. Sewajarnya, beberapa orang telah diberikan cobaan dengan kesusahaan dan masalah, namun hal ini bukan berarti bahwa mereka hidup di bawah kondisi sulit dan primitif dan tidak menjalani kehidupan yang beradab dan manusiawi. Betapapun kaya, nyaman, dan majunya peradaban mereka, orang-orang yang telah menyangkal Tuhan dan bertahan dalam penyangkalan mereka, yang gagal hidup menurut nilai-nilai moral yang pantas dan berbuat kerusakan di muka bumi, selalu berakhir dengan kekecewaan. Sebagai tambahan, banyak dari mereka yang mungkin menikmati teknologi yang lebih maju dari masyarakat di masa kini:

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebihkuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.
(Ar-Rum:9)



Peradaban-Peradaban yang Terasing dan Maju

Darwinisme mempertahankan gagasan bahwa Manusia, dan oleh karena itu kebudayaan yang ia miliki, bergerak maju dari tingkat  yang belum sempurna, primitif, bersifat kesukuan, menuju peradaban. Akan tetapi, temuan-temuan arkeologis menunjukkan bahwa sejak awal sejarah manusia, terdapat zaman-zaman dengan masyarakat berkebudayaan sangat maju bersamaan dengan masyarakat yang kebudayaannya lebih terbelakang. Sepanjang sejarah, sebagian besar masyarakat di waktu yang sama memiliki tingkat teknologi dan peradaban yang berbeda satu sama lain, dengan perbedaan sosiologis dan kebudayaan yang sangat besar, seperti halnya hari ini. Sebagai contoh, meskipun Amerikan Utara lebih maju pada hari ini di bidang ilmu kedokteran dan pengobatan, ilmu pengetahuan, arsitektur dan tekonologi, beberapa masyarakat di Amerika Selatan lebih terbelakang dari segi teknologi, tanpa adanya hubungan dengan dunia luar. Penyakit di bagian lain di dunia dikenal dengan menggunakan analisa dan teknik pencitraan yang maju, dan diobati di rumah sakit yang sangat modern. Namun di bagian lain didunia, penyakit diduga berkembang di bawah pengaruh roh jahat, dan upaya untuk menyembuhkan orang yang sakit melibatkan upacara-upacara untuk mengusir roh jahat tersebut. Masyarakat seperti misalnya orang-orang lembah sungai Indus, Mesir kuno, dan orang Sumer, yang hidup sekitar 3,000 SM, memiliki kebudayaan yang lebih kaya tidak hanya dibanding dengan suku-suku terasing, namun juga masyarakat modern pada hari ini. Ini berarti bahwa pada tiap masa di sejarah, masyarakat dengan tingkat peradaban yang tinggi dapat bertahan hidup bersama dengan masyarakat lain yang lebih terasing. Suatu masyarakat yang ada ribuan tahun lalu mungkin jauh lebih maju dibandingkan masayarkat abad ke-20. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perkembangan dalam sebuah proses evolusi, dengan kata lain, dari primitf ke beradab.

Sepanjang sejarah, tentu saja kemajuan besar telah dilakukan di semua bidang, dengan kesuksesan dan perkembangan di bidang iptek, berkat akumulasi kebudayaan dan pengalaman manusia. Akan tetapi, tidaklah ilmiah juga rasional untuk menggambarkan perubahan ini sebagai sebuah proses "evolusioner" dalam cara yang dilakukan oleh kaum evolusionis dan materialis. Tidak ada pula perbedaan dalam karakteristik fisik diantara manusia zaman sekarang dengan seseorang yang hidup ribuah tahun yang lalu, sehingga tidak ada perbedaan dalam hal kecerdasan dan kemampuan. Gagasan bahwa peradaban kita lebih maju karena kapasitas dan kecerdasan otak manusia abad ke-21 lebih berkembang merupakan sebuah sudut pandang yang salah, dan berasal dari indoktrinasi kaum evolusionis. Faktanya adalah bahwa orang-orang dari wilayah yang sangat berbeda mungking memiliki konsepsi dan kebudayaan yang tidak sama. Namun bila seorang penduduk pribumi benua Australia tidak memiliki pengetahuan yang sama dengan seorang ilmuwan dari Amerika Serikat, bukan berarti kecerdasan atau otak orang pribumi tersebut belum cukup berkembang. Banyak orang yang lahir dalam masyarakat semacam itu yang tidak mengetahui keberadaan listrik, dan tetap cerdas.

Selain itu, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda telah muncul selama berabad-abad yang berbeda. Standar masyarakat saat ini tidak sama dengan standar masyarakat Mesir kuno, namun bukan berarti kebudayaan saat ini lebih maju. Sementara gedung pencakar langit merupakan simbol peradaban di abad ke-21, bukti peradaban dari zaman Mesin kuno adalah piramida dan sphinx.

Yang penting adalah sudut pandang dari mana fakta-fakta yang ada ditafsirkan. Seseorang yang memulai dengan gagasan bahwa fakta-fakta yang ada mendukung apa yang diduga sebagai sebuah perkembangan evolusioner akan menilai seluruh informasi yang ia dapat dalam kacamata prasangka tersebut. Dengan demikian ia akan berupaya untuk menyokong  pernyataan-pernyataannya dengan dongen-dongeng khayalan. Berdasarkan potongan tulang fosil, ia akan mengira-ngira rinciannya, seperti misalnya bagaimana orang-orang yang hidup di wilayah tersebut menjalani hidup mereka sehari-hari, susunan keluarga mereka dan hubunga sosial mereka, dalam sudut pandang yang disesuaikan dengan prasangka kaum evolusionis. Ia akan menyimpulkan, berdasarkan sisa-sisa tulang yang ia temukan, bahwa orang-orang pada masa itu belum sepenuhnya tegak dan mengeluarkan suara seperti seperti dengkuran.